Pria mungkin berpikir tentang seks lebih sering daripada wanita, namun sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pria juga berpikir tentang kebutuhan biologis lainnya, seperti makan dan tidur, lebih sering daripada wanita.
Dan penelitian ini membantah stereotip bahwa pria memikirkan seks setiap tujuh detik, yang akan berjumlah lebih dari 8.000 pikiran tentang seks dalam 16 jam. Dalam studi tersebut, jumlah rata-rata pria muda berpikir tentang seks sebanyak hampir 19 kali per hari. Sedangkan wanita muda dilaporkan rata-rata hampir 10 pikiran tentang seks per hari.
Dalam kelompok, para pria juga berpikir tentang makanan hampir 18 kali per hari dan tidur hampir 11 kali per hari, dibandingkan dengan jumlah rata-rata pikiran wanita tentang makan hampir 15 kali dan tidur sekitar 8 1/2 kali.
Studi ini muncul secara online dan dijadwalkan untuk publikasi dalam Journal of Sex Research edisi Januari.
Penelitian ini melibatkan 163 wanita dan 120 pria dari perguruan tinggi, antara usia 18 dan 25 tahun, yang terdaftar dalam program partisipasi penelitian psikologi. Secara acak, 59 orang ditugaskan melacak pikiran tentang makanan, 61 orang tentang tidur dan 163 orang tentang seks.
Sebelum pelacakan-pemikiran itu dimulai, para peserta diharuskan menyelesaikan sejumlah kuesioner. Ini termasuk survei pendapat seksual untuk mengukur orientasi emosional yang positif atau negatif terhadap seksualitas (erotophilia vs erotophobia); inventarisasi orientasi sosiosekual yang mengukur sikap-sikap tentang seks serta pelacakan perilaku seksual dan tingkat hasrat; skala desirabilitas sosial untuk mengukur kecenderungan responden dalam mencoba untuk dapat diterima secara sosial; serta kuesioner kebiasaan makan dan skala kantuk. Mereka juga diminta memperkirakan seberapa banyak rata-rata dalam satu hari mereka memikirkan tentang tidur, makan dan seks.
Para peneliti kemudian memberi setiap peserta perangkat alat penghitung dan menugaskan mereka untuk mengklik perangkat itu setiap kali memikirkan tentang seks. Mereka diperintahkan menghitung pikiran tentang segala aspek dari seks: aktivitas seksual dalam bentuk apapun, fantasi dan gambar erotis, kenangan seksual dan apapun yang membangkitkan rangsangan.
Yang lainnya diperintahkan menggunakan perangkat untuk merekam pikiran tentang makan yang termasuk makanan, rasa lapar, ngidam, ngemil atau memasak, dan pemikiran tentang tidur yang mencakup bermimpi, tidur malam, tidur siang, pergi tidur atau butuh istirahat.
Soal-soal tentang makanan dan tidur dirancang untuk menutupi maksud sebenarnya dari fokus penelitian pada pikiran tentang seks, kata Fisher. Namun, hasil tentang pikiran tambahan ini justru memberi informasi penting tentang perbedaan pemikiran antara laki-laki dan perempuan.
“Karena kami melihat jenis-jenis kebutuhan lainnya yang berhubungan dengan pikiran, kami menemukan bahwa, tidak hanya perbedaan jenis kelamin yang berkaitan dengan pikiran tentang seks, tetapi juga berkaitan dengan pemikiran tentang tidur dan makanan,” katanya. “Itu sangat signifikan. Itu menunjukkan bahwa laki-laki mungkin lebih banyak memiliki pikiran-pikiran itu daripada wanita, atau mereka memiliki waktu yang lebih mudah untuk mengidentifikasi pikiran. Sangat sulit untuk mengetahuinya, tapi yang jelas, mereka menghabiskan waktu bukan hanya untuk memikirkan seks, tetapi juga isu-isu lain yang berkaitan dengan kebutuhan biologis mereka.”
Dan ketika semua pikiran diperhitungkan dalam analisis statistik, perbedaan antara pria dan wanita dalam jumlah rata-rata pikiran setiap hari tentang seks dianggap tidak ada yang lebih besar dibandingkan perbedaan gender antara pikiran tentang tidur atau pikiran tentang makanan.
Dalam jumlah yang baku, para peserta laki-laki tercatat antara satu dan 388 pikiran tentang seks setiap hari, dibandingkan dengan berbagai pemikiran perempuan tentang seks antara satu dan 140 kali per hari.
“Untuk perempuan, hal itu lebih luas daripada yang diduga kebanyakan orang. Dan tidak ada wanita yang melaporkan nol pikiran per hari. Jadi perempuan juga berpikir tentang seksualitas,” kata Fisher.
Data kuesioner menawarkan beberapa petunjuk tambahan tentang pengaruh pada pikiran seksual. Ketika semua peserta dianalisis berbarengan, mereka yang memiliki tingkat erotophilia tertinggi – atau kenyamanan dengan seksualitas – adalah yang paling mungkin untuk lebih sering berpikir tentang seks.
Tapi ketika analisis ini mempertimbangkan pria dan wanita secara terpisah, tidak ada variabel yang tunggal – skor erotophilia, sikap tidak membatasi soal seks atau kurangnya keinginan untuk dapat diterima secara sosial – dapat didefinisikan sebagai prediktor seberapa sering orang berpikir tentang seks.
Tapi bagi wanita, skor erotophilia tetap menjadi prediktor yang baik pada pikiran seksual yang lebih sering. Di sisi lain, wanita yang mencetak skor tinggi pada keinginan dapat diterima secara sosial lebih cenderung jarang memikirkan seks.
“Orang yang secara sosial selalu memberi respon yang diinginkan pada persoalan mungkin menahan dan mencoba mengelola kesan yang mereka buat pada orang lain,” jelas Fisher. “Dalam kasus ini, kami melihat bahwa wanita yang lebih peduli dengan kesan mereka cenderung melaporkan pikiran seksual yang lebih sedikit, dan hal itu karena berpikir seksualitas tidak konsisten dengan harapan khas bagi perempuan.”
Perkiraan peserta tentang seberapa sering mereka memikirkan makanan, tidur dan seks setiap harinya, jauh lebih rendah dari jumlah pikiran sebenarnya yang mereka rekam. Hal ini menunjukkan pada Fisher bahwa penelitian sebelumnya pada area ini – terutama pada pikiran tentang seks – masih lemah karena hampir semua penelitian sebelumnya didasarkan pada perkiraan retrospektif peserta tentang seberapa sering mereka berpikir tentang seks.
“Tidak ada alasan yang benar-benar baik di mana masyarakat kita harus percaya bahwa laki-laki lebih banyak berpikir tentang seks daripada wanita. Bahkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tidak mendukung stereotip bahwa pria memikirkan seks setiap tujuh detik,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar