Minggu, 18 September 2016

Meditasi dalam terang ajaran Teresa Avila, meditasi dalam bentuk apa pun, apabila hanya cenderung berfokus pada tehnik, perlu diwaspadai

Oleh: Rm. Maximilian Kerit, CSE

Belajar dari spiritualitas dan penghayatan hidup doa dari Santa Teresa Avila, meditasi kristiani memiliki beberapa karakteristik, yakni: afektif, atentif, Kristus sebagai pusat, dan kontemplasi sebagai arah. Berikut ini sedikit uraiannya yang diambil dari tesis saya “Meditasi Kristiani dalam Terang Mistisisme Santa Teresa dari Avila” .

1. AFEKTIF

Bagi Teresa, doa ialah soal suatu percakapan, suatu dialog, suatu omong-omong dengan seorang Sahabat yang mencintai kita. Sahabat di sini ialah Allah sendiri. Jadi, suatu percakapan dengan Kristus dan Bapa dalam Roh Kudus. Oleh karena itu, bagi Teresa ketika orang berdoa yang dibutuhkan bukanlah banyak berpikir, melainkan banyak mencinta. Sedapat mungkin orang jangan sampai kehabisan kata-kata penuh kasih yang dapat dinyatakan kepada Bapa dan Kristus. Perbuatlah apa pun yang dapat mendorong untuk dapat semakin mencintai Dia. Gambar-gambar Kristus dan kisah-kisah hidup-Nya yang dinyatakan dalam Kitab Suci, juga sarana-sarana rohani lain, hendaklah dipakai dalam doa sejauh itu dapat membangkitkan rasa devosi dan cinta kepada Allah. Sebab doa dalam bentuk apa pun, termasuk juga meditasi, tidak lain dimaksudkan agar kita dapat semakin bersatu dalam kasih dengan Allah. Dengan demikian, kita pun menjadi paham bahwa ada semangat kontemplatif di balik semangat afektif yang ditekankan Teresa ini. Ternyata orientasi afektif ini memang membuat jiwa jadi kondusif dan terbuka untuk menerima rahmat kontemplasi, seperti yang sudah terbukti dalam hidup Teresa sendiri.

2. ATENTIF

Menurut Teresa, kesadaran dan perhatian menjadi bagian penting yang harus diperhatikan ketika orang mau berdoa. Kesadaran dan perhatian harus diarahkan pada Allah dan selalu dijaga untuk terus menyadari: apa yang sedang kita bicarakan, kepada Siapa kita berbicara, dan siapakah kita ini di hadapan Dia yang kepada-Nya kita sedang berbicara. Sikap batin yang tepat seperti inilah yang harus terus diperhatikan dan dihayati apabila orang mau berdoa. Hanya kesadaran dan perhatian seperti itulah yang membuat doa menjadi sebuah doa. Apabila kesadaran seperti ini belum ada, orang bisa dikatakan belum benar-benar berdoa.

Indera-indera, baik yang lahiriah maupun yang batiniah, perlu dipusatkan dan diarahkan kepada Allah. Misalnya, telinga (indera lahiriah) perlu diarahkan untuk terus mendengarkan pada kedalaman jiwa, suara Tuhan yang begitu lembut. Kehendak dan ingatan (indera batiniah) perlu diarahkan untuk mencintai dan mengingat Tuhan yang hadir dan yang selalu mau berbincang-bincang dengan kita pada kedalaman jiwa. Semangat atentif ini pada akhirnya perlu bermuara pada kehendak yang kian tumbuh untuk mencintai Tuhan. Atentif ini membawa kita pada resolusi, pada niat yang makin besar dan suci untuk mencintai dan mengabdi Tuhan. Atensi (perhatian dan kesadaran) dan niat sungguh-sungguh penting dalam hidup doa.

3. KRISTUS SEBAGAI PUSAT

Penghayatan doa dan meditasi Teresa amat bercorak “Kristus-sentris”. Seluruh hidupnya dibaktikan agar dia dapat semakin mengenal, mencintai, dan mengabdi Kristus. Bagi Teresa, Kristus sungguh merupakan “Jalan, Kebenaran, dan Kehidupan” (lih. Yoh. 14:6). Hal ini sungguh dia hayati dengan konstan dan konsisten dalam hidup doanya.

3.1. Kristus yang Biblis

Dalam penghayatan hidup doanya, Teresa benar-benar telah menjalin persahabatan dan relasi dengan Kristus sebagaimana yang diwartakan dalam Kitab Suci. Misalnya, Kristus sebagai Jalan untuk mengenal Bapa, sungguh-sungguh dihayati dan amat ditekankan dalam ajaran-ajarannya. Begitu pula, Kristus yang menderita, yang diwartakan Kitab Suci dalam peristiwa Yesus berdoa di taman Getsemani, merupakan tema meditasi yang amat disukai Teresa.

3.2. Doa yang Baik ialah melalui Kristus

Di sepanjang perjalanan hidup doanya, dalam seluruh dinamika hidup mistiknya, persahabatan dengan Kristus sungguh menjadi agenda terpenting bagi Teresa. Bapa telah memberi diri-Nya dikenal melalui Kristus. Jalan untuk mengenal Allah ialah Kristus sendiri. Maka, doa yang makin otentik ialah doa yang makin bersatu dengan Kristus. Oleh karena itu, Kristus amat penting bagi setiap orang yang mau berdoa dan yang mau mempraktikkan meditasi yang kristiani. Pada tingkatan apa pun, entah itu pemula maupun yang telah maju dan yang telah mencapai kontemplasi, Kristus selalu penting dalam doa dan meditasi yang kristiani.

3.3. Kemanusiaan Kristus

Bagi Teresa kemanusiaan Kristus benar-benar sarana terbaik agar orang dapat bertumbuh dalam hidup doa. Devosi pada Kristus dan persahabatan dengan-Nya dapat menjadi persiapan yang terbaik agar jiwa dapat menerima rahmat kontemplasi. Mengapa? Sebab, Kristus ialah Allah yang menjadi manusia. Dengan menjadi manusia, Dia jadi Sahabat sekaligus Guru kita. Sebagaimana diuraikan Teresa dalam refleksinya tentang doa “Bapa-Kami”, Kristus tidak hanya mengajari kita berdoa, tetapi Dia juga berdoa bersama kita. Seluruh ajaran Teresa yang mendalam tentang hidup doa, mengalir dari persahabatan Teresa dengan-Nya. Kristus sendirilah yang sebenarnya mengajarkan kepada Teresa lorong-lorong doa yang mendalam. Oleh karena itu, dalam hal praktis, Teresa menyarankan kita untuk mengenal wajah Kristus, mengenal apa yang diperbuat-Nya ketika Ia menjadi manusia. Terlebih lagi, Teresa menghendaki agar kita mengenal dan menyadari penderitaan dan pengurbanan-Nya bagi kita. Kristus hendaklah menjadi figur yang selalu penting bagi siapa pun yang mau berdoa secara lebih serius dan mendalam. Meditasi kristiani beranjak dan bermuara pada persatuan dengan Kristus.

4. KONTEMPLASI SEBAGAI ARAH

Meditasi yang dihayati Teresa pada akhirnya menghantar Teresa pada kontemplasi. Semangat afektif yang dihayati Teresa ternyata cocok bagi situasi dan kondisi jiwanya sehingga dia menerima rahmat demi rahmat yang akhirnya membawa dia pada kontemplasi. Memang kontemplasi itu merupakan rahmat yang cuma-cuma dari Allah. Namun, bagi Teresa, ini bukan berarti kita tidak berbuat apa-apa untuk menerima rahmat itu. Kita perlu membuat jiwa kita makin kondusif dan makin terbuka menerima rahmat kontemplasi ini. Dalam hal ini, Teresa menempuh jalan active recollection. Meditasi Teresa yang afektif bukan lain merupakan upaya yang dapat dilakukan jiwa agar dirinya makin kondusif untuk menerima rahmat kontemplasi.

5. HARUS DIWASPADAI

Meditasi yang dilakukan Teresa sebenarnya amat sederhana. Teknik bagi Teresa tidak begitu penting. Yang penting ialah soal disposisi batin yang diarahkan pada Kristus. Orang tidak harus duduk bersila ketika mau berdoa. Memusatkan diri pada Allah bisa dilakukan di mana pun dan pada saat apa pun. Teresa hanya mengajarkan agar kita semakin menumbuhkan semangat cinta. Hal ini dapat dilakukan oleh siapa pun. Lain halnya dengan cara mengatur posisi tubuh yang ketat. Tidak semua orang bisa melakukannya. Dalam terang ajaran Teresa, meditasi kristiani dalam bentuk apa pun, apabila hanya cenderung berfokus pada tehnik, perlu diwaspadai. Begitu juga praktik-praktik yang semakin menjauh pada Kristus, perlu diwaspadai dan dicermati.
https://m.youtube.com/watch?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

3 Cerita Pendek Zen Mengungkapkan Palajaran Terbesar.

Cerita Zen seringkali singkat, tapi penuh akal dan kebijaksanaan. Mereka adalah bagian besar dari apa yang membuat tradisi ini menarik dan ...